Benarkah Alkohol Membuat Anda Gagah?
Tengah malam datang SMS ke HP yang
mengabarkan bahwa seorang teman kerja harus masuk rumah sakit lantaran
kecelakaan saat pulang kerja. Giginya rontok 3 lantaran terlampar dari motor
dan mendarat pada sebatang pohon di tepi jalan. Penyebabnya: mengemudi dalam
pengaruh minuman keras!
Semakin dilarang semakin menantang
untuk dilanggar. Tampaknya itulah yang marak terjadi dalam masyarakat kita.
Motifnya agar tampil bak “jagoan”. Demikian juga dalam hal minuman keras alias
minuman beralkohol. Miras masih marak beredar dalam masyarakat, meskipun Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan
Presiden No 3 Tahun 1997 tentang tata niaga minuman beralkohol. Namun dengan
Kepres ini pemerintah tampaknya masih gamang dalam memberantas miras dari bumi
Pertiwi, terbukti dengan masih diperbolehkannya miras golongan A – dengan
kandungan alkohol 0-5 % - beredar bebas di masyarakat. Bahkan beberapa daerah
yang mengeluarkan Perda tentang pelarangan miras –meski masuk golongan A-
dianggap “mbalelo”, tidak patuh kepada Pemerintah Pusat.
![]() |
Miras hasil operasi petugas |
Berdasarkan Kepres ini minuman
beralkohol dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu golongan A yang kadar
alkoholnya kurang dari 5%, golongan B 5% - 20% dan golongan C kandungan
alkoholnya mencapai 20%-55%. Miras yang beredar dalam masyarakat saat ini
antara lain bir yang mengandung alkohol 3,5% hingga 5%, wine mengandung 10% - 14%
alkohol, fortified wine kandungan
alkoholnya mencapai 14% -20%, sedangkan vodka dan whyski kandungannya mencai
40%
Apa untungnya mengonsumsi minuman beralkohol?
Semua agama samawi melarang umatnya
mengonsumsi alkohol. Sebab manfaat yang didapat jauh lebih kecil dari bahaya
yang ditimbulkannya. Tubuh manusia dapat mempergunakan 7 kalori dari setiap
gram alkohol yang dikonsumsi. Namun tak satupun proses biokimiawi dalam tubuh
memerlukan alkohol (Eat for Life, 1992, Woteki & Thomas). Alkohol
termasuk dalam senyawa non esensial yang dikonsumsi manusia. Artinya
kebutuhannya sangat kecil sekali, dan bisa diabaikan karena dapat tergantikan
oleh proses biokimiawi dalam tubuh dengan bahan dasar konsumsi yang lain,
sehingga efek samping yang ditimbulkan tidak ada.
Sejarah Minuman Beralkohol.
Dibebagai tempat di penjuru dunia ini
banyak dijumpai berbagai minuman yang mengandung alkohol. Namanya pun beraneka
ragam. Ada tuak, cui, sake, vodka dan sebagainya. Dalam sejarah alkohol
tercatat mulai dikenal secara luas dan dipergunakan dalam upacara keagamaan
oleh bangsa Mesir kuno. Mereka percaya bahwa bousa, semacam bir di zaman sekarang, adalah makanan sekaligus
minuman haasil temuan Dewi Osiris, dan
dapat digunakan dalam praktik pengobatan tradisional yang berlaku pada masa
itu. Kemudian berkembanglah penggolongan minuman berdasarkan kasta pengguna,
yaitu anggur untuk kaum aristocrat
(bangsawan) dan bir untuk kaum masses (jelata).
Pada abad ke 6
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang diantaranya melarang mengkonsumsi
alkohol, babi, dan harta hasil riba. Baru pada pertengahan 18 seorang dokter di
Inggris melakukan penelitian dan publikasi tentang efek buruk alkohol terhadap
kesehatan. Berdasarkan penemuan tersebut lalu lahirlah peraturan yang disebut Gin Art pada tahun 1751.
Efek Buruk Minum Alkohol
Watoki & Thomas mengelompokkan
peminum alkohol dam 3 kelompok. Yang pertama adalah light drinker yaitu kelompok orang yang mengonsumsi alkohol antara
0,28 – 5,9 gram alkohol setara dengan
kurang dari sebotol bir sehari. Yang kedua adalah moderate drinker yaitu orang yang mengonsumsi 6,2 – 27,7 gram
alkohol atau ekuivalen dengan minum bir 1-4 botol perhari. Yang terakhir adalah
heavy drinker yang mengonsumsi bir lebih dari 4 botol
perhari atau lebih dari 28 gram alkohol.
Alkohol tergolong dalam bahan yang
dapat menyebabkan sedasi dan hypnosis, yaitu bahan yang dapat mengakibatkan
seseorang senang dan “tertidur”. Saat kandungan alkohol darah mencapai 5% ( 5
bagian alkohol tiap 100 bagian darah), peminum mengalami sensasi relaks dan
perasaan gembira. Lebih dari itu, peminum akan kehilangan kesadarannya untuk
mengontrol ucapan, emosi dan keseimbangannya. Pada tahap inilah biasanya pelaku
mulai berani berbuat kriminal.
Peminum akan mabuk total jika
kandungan alkohol darahnya mencapai 10%. Selanjutnya akan pingsan saat kadar
alkohol darahnya mencapai 20%. Jika dinaikkan menjadi 30% dia akan koma. Dan
kemungkinan peminum akan menemui ajalnya ketika kadar alkaohol darahnya telah
mencapai angka 40 %. World Health
Organization (WHO) mencatat pada ahun 2011 yang lalu telah terjadi 2,5 juta
kasus kematian akibat alkohol dan 9% diantaranya menimpa orang pada usia 15-29
tahun. Ketika seseorang mengonsumsi alkohol melebihi ambang kemampuannya maka
ia masuk dalam kondisi intoksinasi
alkohol.
Alkohol dapat
menyebabkan adiksi atau ketagihan dan toleransi penggunaan makin hari makin
banyak. Walaupun seseorang sudah toleransi untuk volume tertentu tetapi efek
samping kronisnya tetap terjadi. Pasien dengan penggunaan alkohol jangka
panjang akan menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaannya khususnya
pada lambung. Alkohol akan menyebabkan peradangan kronis pada saluran
pencernaan, membentuk erosi sampai tukak usus dan selanjutnya akan menyebabkan
perubahan struktur dalam usus sampai berubah menjadi sel ganas (kanker). Liver
peminum alkohol juga akan mengalami peradangan kronis yang akan berlanjut
dengan penciutan hati (sirosis hati) tentu dengan komplikasi lanjutan yang
bermacam-macam antara lain pembengkakan pada perut dan terjadi perdarahan pada
saluran cernanya. Sebuah studi
memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol - atau setara dengan minum
sepertiga botol minuman keras (liquor) setiap hari selama 25 tahun - akan
"menghasilkan" serosis hati.
Alkohol juga dihubungkan dengan dengan berbagai kanker antara lain kanker usus besar. Untuk kanker, terdapat bukti yang konsisten bahwa alkohol meningkatkan risiko kanker di beberapa bagian tubuh tertentu, termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan, larynx dan hati. Alkohol memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme. Salah satunya, alkohol mengkatifkan enzim-enzim tertentu yang mampu memproduksi senyawa penyebab kanker. Alkohol dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan berlipatganda (multiplying) secara tak terkendali.
Peminum alkohol kronis akan mengalami tulang kropos (osteoporosis), mengalami impotensi dan infertilitas. Pada wanita alkohol juga menjadi salah faktor resiko terjadi kanker payudara.
Alkohol juga dihubungkan dengan dengan berbagai kanker antara lain kanker usus besar. Untuk kanker, terdapat bukti yang konsisten bahwa alkohol meningkatkan risiko kanker di beberapa bagian tubuh tertentu, termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan, larynx dan hati. Alkohol memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme. Salah satunya, alkohol mengkatifkan enzim-enzim tertentu yang mampu memproduksi senyawa penyebab kanker. Alkohol dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan berlipatganda (multiplying) secara tak terkendali.
Peminum alkohol kronis akan mengalami tulang kropos (osteoporosis), mengalami impotensi dan infertilitas. Pada wanita alkohol juga menjadi salah faktor resiko terjadi kanker payudara.
Pada umumnya orang yang
mengonsumsi alkohol dalam jangka waktu lama memiliki takanan darah relatif
lebih tinggi dibanding abstainer (non-peminum)
dan lebih berisiko terkena stroke dan serangan jantung. Diduga alkohol juga
dapat menyebabkan defisiensi thiamin yang sangat vital fungsinya bagi sistem
syaraf. Selanjutnya akan menyebabkan dementia
alias gangguan kecerdasan.
Komentar
Posting Komentar